Skip to main content

Sepucuk Surat (bukan) Dariku

Dari jauh aku melihatnya, duduk di ruang kerjanya sambil membaca sebuah buku dan sesekali tersenyum, tidak bukan tersenyum biasa - sepertinya ada sesuatu yang sangat spesial dari buku tersebut. Perlahan aku mendekatinya, ditanganku ada puding kesukaannya, pagi tadi aku menyempatkan diri membuat puding sebelum berangkat kerja. Pagi ini aku bangun lebih awal, tiba-tiba saja ingin membuat puding dan memberikannya ke Dino selepas jam kerja.

Tidak seperti biasa juga aku mampir ke kantor Dino tanpa memberi tahunya terlebih dahulu, telfon, SMS ataupun BBM kali ini aku ingin memberikannya kejutan kecil. Hari ini hari jadian kami, dua tahun. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan sejauh ini kami masih menikmati hari-hari dengan status seperti ini. Sejak pagi tadi aku memang sengaja untuk me-nonaktif-kan HP, memang tidak seperti biasanya aku melakukan ini. Mungkin sudah banyak pesan dari Dino, tidak seperti biasanya kan aku menghilang seperti ini. Lagian hari ini emang aku nggak mau diganggu, cukup sudah setumpuk laporan yang menggangguku sejak kemarin. Mungkin dengan me-nonaktif-kan HP aku bisa lebih serius dan cepat menyelesaikan laporan tersebut.

Lima langkah lagi aku akan sampai di meja kerjanya. Dan akan segera ku berikan kejutan kecil ini.

“Heiii Dear, apa kabar sore ini? Kangen kamuuuuuu, Bulat” teriakku dari kejauhan, tidak sanggup lagi untuk segera menyapanya.

Dino terlihat gugup sambil menjawab “b..ba..baik, kamu kemana aja sih Honey dari tadi aku mencarimu, cemas tauuk! Tak satupun SMS yang dibalas, pending. BBM juga. Ditelpon tapi yang ada si Fero yang berbicara. Aku bukan mau ngomong ama operator, Cintaaahh!” gerutunya. Lihat kan, dia ternyata memang mencariku.

Tangannya sambil sibuk membereskan ‘buku’ yang tadi dibacanya, yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

“Iyah, maaf Dear, Cintaku, Bulatku, aku padamu deh. Cuma iseng dan ingin menjauh dari hiruk-pikuk dunia, untuk sesaat saja, Sayang. Lihat aku sekarang sudah di depanmu lagi kan? Aku disini untukmu, Sayang” jawabku sekenanya.

“Nih, sebagai gantinya karena udah buat kamu panik seharian, aku bawain puding buatanku, spesial buat kamu seorang, dibuat dengan resep cinta dan keringat kasih sayang” sambil menyodorkan puding yang sudah ku siapkan sejak pagi tadi.

“Oh ya, sekalian. Happy anniversary ya Bulatku. Makasih untuk 2 tahun yang indah ini” kataku manja padanya.

Sepertinya dia lupa akan hari spesial ini, tapi langsung dijawabnya “Sama-sama Honey, makasih juga untuk 2 tahun ini” tangannya masih sambil merapikan meja yang sebenarnya sudah rapi. Menyusun buku yang tadi dibacanya. Membuatku semakin penasaran ingin segera tahu apa sebenarnya yang membuatnya salah tingkah seperti ini.

Ku coba untuk meraih buku tersebut tapi Dino terus menghalangiku, mencoba mengalihkan perhatianku dengan mengambil puding yang sudah ku bawa “aku mau disuapin pudingnya dunk” rengeknya manja. Aku cuma menyodorkannya, dan haaaapp tanpa sengaja buku itu jatuh, ada amplop merah muda di dalamnya. Semakin penasaran aku pun merebutnya dan membaca siapa si Pengirim surat itu. Hatiku hancur, surat itu bukan dariku.

Sekarang, bukan dia yang terkejut melainkan aku. Pantas saja beberapa hari belakangan gelagat dia tidak seperti biasanya, semalam pun dia tidak mengucapkan selamat hari jadi padahal dia selalu mengingatnya bahkan tiap ulang bulan pun dia selalu yang terlebih dahulu mengucapkannya.

*****

500 kata niih :D

Comments

  1. Aseeekkk,
    Bulat itu panggilan mbak buat ehemnya yaaa? :p

    ReplyDelete
  2. ehem? siapa tuh? Bulat itu panggilannya si Aku dalam cerita ini :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sah!

"Sah?" terdengar suara Bapak setengah baya itu bertanya ke beberapa orang disekitarnya sesaat setelah kamu melafalkan kalimat sakral itu dengan satu tarikan nafas. Kalimat yang beberapa hari ini kamu hafalkan "takut salah nyebut nama kamu" katamu kemarin saat kita terakhir bertemu setelah sibuk mengurusi segala keperluan ini. Kala itu aku cuma mencubit lenganmu dengan gemas sambil berkata "emang kamu rencana mau nyebut nama lain yah sampe takut salah gitu?" Tanyaku. "Bukan begitu Princess, nama kamu kan panjang belum lagi nama Ayah kamu. Aku cuma takut salah aja gitu loohh, Darling" balasmu lagi. Eh iya juga ya, nama yang diberikan oleh Ayah emang lumayan panjang dan ribet belum lagi nama Beliau. Yah wajar saja kalau kamu berhati-hati, kamu kan juga orang yang perfeksionis. Dan hari ini kalimat yang sakral itu pun telah keluar dari mulutmu dengan satu tarikan nafas, tanpa harus mengulang lagi! Kereeen, kamu memang keren dan selalu bisa ku ban

Surat Cinta Kapten Bhirawa

"Pagi Rere, bajunya pink nih kembaran yah dengan surat cintanya" kata Lulu ketika menghampiri kubikal kecil Rere. "Surat cinta? Dari siapa? Ngaco deh kamu, Lu. Hari gini mana ada surat cinta" balasnya. "Iyah Re, tadi aku yang nerima surat itu kok, ini surat cinta berwarna pinknya" Lulu menyodorkan sebuah amplop kecil berwarna pink kepadaku kemudian berlalu. Rere mengambil surat dari tangan Lulu. Tidak ada nama pengirim yang tertera di sampul surat berwarna pink itu. Hanya ada kata: Surabaya di sisi belakangnya. terimakasih   Rere,  Kamis depan kapal kami akan merapat di Tanjung Priok, tunggu aku yah. Salam, Bhirawa Dialah Kapten Bhirawa teman lama Rere yang dikenalnya sejak SD. Teman sepermainan, tetangga kompleks yang selalu memberikan perhatian lebih ke Rere meskipun Rere tidak pernah membalasnya karena Rere hanya menganggap Bhirawa adalah Kakak laki-laki yang tak pernah dimilikinya, sosok pelindung bagi Rere yang tidak in

Langit pun Tersenyum

"Tolong jemput jam 12 di Matahora ya" sebuah pesan singkat masuk ke handphone ku pagi ini. Senangnya hatiku, akan berjumpa dengan kamu lagi. Aku sudah lama merindukan saat bersama kamu lagi. Dan sekarang dalam waktu kurang dari 3 jam aku akan bertemu kamu lagi, tahukah kamu? Aku merindukan kamu. Ini sebuah kejutan buatku, biasanya kamu yang manja merengek minta aku mengosongkan waktuku untuknya tapi kali ini tanpa diminta pun aku dengan senang hati melayanimu. Aku langsung bangkit dari tempat tidur, mandi dan bersiap. Berulang kali mengganti kaos oblong -kemeja kemudian kemeja-kaos oblong lagi. Tanpa kusadari aku telah 2 jam di depan cermin, mengobok-ngobok lemari pakaian tapi semua kutepis.  "Aku ingin tampil istimewa di depanmu hari ini" gumamku. "Duh, ada yang mau kencan nih di siang bolong?" Mama mengagetkanku. Ternyata Beliau sedari tadi memperhatikanku.  "Ah Mama, enggak kok. Aku cuma ingin tampil beda aja kok Mah hari in