Skip to main content

Rumahku, Itu Kamu

“Fik, ini sudah brosur ketujuh loh yang aku sodorin ke kamu. Tipe yang gimana lagi sih yang kamu cari?” Suara Seto membuyarkan lamunan sahabatnya -Fika- sore itu.

“Tipe kayak kamu” sambil nyengir Fika menjawab.

“Yeee, ditanya serius malah jawabnya ngelantur kayak gitu. Lagi ngelamunin apa sih Fik? Jangan keseringan ngelamun deh, ntar kesambet loh. Gak takut apa?”

“Nggak, selagi ada kamu ngapain takut?”

“Yeee, ni anak bener-bener kesambet kali? Atau jangan-jangan kamu udah tertular virus Raja gombal kali ya? Mau jadi Ratu gombal ya Fik?” sambil mengacak rambut Fika.

“Eh apa? Apa tadi? Kamu tadi bilang apa? Maaf, maaf lagi gak fokus, heheheh. Kamu bilang Ratu gombal? Huuuu enak aja, ogah ah disamain kayak gitu” “Iyaaah deh Nona Fika, maaf. Jangan sewot gitu dunk. Makanya kalau diajak ngomong tuh dengerin dong Nooon”

“Heheh, iyah deh Pak Seto yang baik hati. Mana tadi, katanya bawa brosur baru. Dapat dari mana lagi kamu? Rajin benar ya. Atau jangan-jangan kamu udah jadi developer yah?”

“Nih, silahkan dilihat. Bingung deh mau yang kayak gimana lagi sih yang kamu cari? Itu tadi aku dapat dari seorang teman, kebetulan kantornya lagi pameran. Ya sudah gih dilihat dulu” sambil menyodorkan brosur ke Fika.

“Fik, kalau kataku sih ya apapun tipenya itu bisa dirombak Fik, bisa direnovasi, bisa diredesign sesuka kamu, Yang terpenting kan fungsinya -sebagai tempat tinggal. Jadi ngapain lagi sih kamu harus repot-repot cari kesana kemari?”

“Oh, jadi merasa direpotin nih? Yaudah, gak apa-apa kok. Maaf ya udah ngerepotin kamu”

“Eh kok jadi ngambek gini sih? Kamu lagi dapet ya jadi sensi kayak gini? Maaf deh, serius.”

“Gak tahu” berlalu meninggalkan Seto dan brosur yang baru dibawanya.

__________________________________________________________


Klik kluk. Bunyi handphone Seto, tanda 1 pesan masuk.

1 new message from Fika.
 “Kalau lagi gak repot dan gak ganggu, tolong baca emailnya ya”
Tanpa berfikir panjang Seto pun menyalakan laptop - mengecek email seperti yang diminta Fika, sahabatnya.

Dear Seto,

Makasih ya untuk semua brosur yang udah kamu kasih ke aku. Sebenarnya aku gak butuh itu semua, itu hanya kamuflase saja. Aku setuju ama kamu, rumah itu fungsinya sebagai tempat tinggal. Makanya aku udah gak butuh brosur lagi! Toh sebenarnya aku udah nemu rumah yang tepat, rumah yang gak perlu dirombak, direnovasi atau bahkan diredesign, aku udah nemu loh yang paket lengkap itu. Dan aku berharap aku bisa segera menempatinya, aku udah pengen merasa hangat dan aman berada disana.

Aku yakin kamu pasti penasaran ingin tahu kan?

Yaudah deh, apa sih yang gak buat sahabat seperti kamu. Tapi kamu harus janji ya, kamu jangan ketawa apalagi sampai pingsan karena ini, aku gak mau semuanya jadi berantakan loh. Janji?

Kamu udah siap kan? Aku bilang sekarang ya.

……

……

……

Rumahku, Itu Kamu.



Cheers,

Fika ♥
___________________

Jumlah kata: 444

Diikutkan dalam tantangan yang diadakan Non Inge.

Untuk infonya silah baca link berikut:

http://www.facebook.com/notes/non-inge/tantangan-/10150509126945773

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sah!

"Sah?" terdengar suara Bapak setengah baya itu bertanya ke beberapa orang disekitarnya sesaat setelah kamu melafalkan kalimat sakral itu dengan satu tarikan nafas. Kalimat yang beberapa hari ini kamu hafalkan "takut salah nyebut nama kamu" katamu kemarin saat kita terakhir bertemu setelah sibuk mengurusi segala keperluan ini. Kala itu aku cuma mencubit lenganmu dengan gemas sambil berkata "emang kamu rencana mau nyebut nama lain yah sampe takut salah gitu?" Tanyaku. "Bukan begitu Princess, nama kamu kan panjang belum lagi nama Ayah kamu. Aku cuma takut salah aja gitu loohh, Darling" balasmu lagi. Eh iya juga ya, nama yang diberikan oleh Ayah emang lumayan panjang dan ribet belum lagi nama Beliau. Yah wajar saja kalau kamu berhati-hati, kamu kan juga orang yang perfeksionis. Dan hari ini kalimat yang sakral itu pun telah keluar dari mulutmu dengan satu tarikan nafas, tanpa harus mengulang lagi! Kereeen, kamu memang keren dan selalu bisa ku ban

Surat Cinta Kapten Bhirawa

"Pagi Rere, bajunya pink nih kembaran yah dengan surat cintanya" kata Lulu ketika menghampiri kubikal kecil Rere. "Surat cinta? Dari siapa? Ngaco deh kamu, Lu. Hari gini mana ada surat cinta" balasnya. "Iyah Re, tadi aku yang nerima surat itu kok, ini surat cinta berwarna pinknya" Lulu menyodorkan sebuah amplop kecil berwarna pink kepadaku kemudian berlalu. Rere mengambil surat dari tangan Lulu. Tidak ada nama pengirim yang tertera di sampul surat berwarna pink itu. Hanya ada kata: Surabaya di sisi belakangnya. terimakasih   Rere,  Kamis depan kapal kami akan merapat di Tanjung Priok, tunggu aku yah. Salam, Bhirawa Dialah Kapten Bhirawa teman lama Rere yang dikenalnya sejak SD. Teman sepermainan, tetangga kompleks yang selalu memberikan perhatian lebih ke Rere meskipun Rere tidak pernah membalasnya karena Rere hanya menganggap Bhirawa adalah Kakak laki-laki yang tak pernah dimilikinya, sosok pelindung bagi Rere yang tidak in

Langit pun Tersenyum

"Tolong jemput jam 12 di Matahora ya" sebuah pesan singkat masuk ke handphone ku pagi ini. Senangnya hatiku, akan berjumpa dengan kamu lagi. Aku sudah lama merindukan saat bersama kamu lagi. Dan sekarang dalam waktu kurang dari 3 jam aku akan bertemu kamu lagi, tahukah kamu? Aku merindukan kamu. Ini sebuah kejutan buatku, biasanya kamu yang manja merengek minta aku mengosongkan waktuku untuknya tapi kali ini tanpa diminta pun aku dengan senang hati melayanimu. Aku langsung bangkit dari tempat tidur, mandi dan bersiap. Berulang kali mengganti kaos oblong -kemeja kemudian kemeja-kaos oblong lagi. Tanpa kusadari aku telah 2 jam di depan cermin, mengobok-ngobok lemari pakaian tapi semua kutepis.  "Aku ingin tampil istimewa di depanmu hari ini" gumamku. "Duh, ada yang mau kencan nih di siang bolong?" Mama mengagetkanku. Ternyata Beliau sedari tadi memperhatikanku.  "Ah Mama, enggak kok. Aku cuma ingin tampil beda aja kok Mah hari in