Skip to main content

Aku Sakit Karenamu, Gigi!

Brrrrr!! Brrr!!

Suara alarm dari handphoneku berbunyi nyaring, kutatap dilayarnya tertera reminder

"Selasa sore, kencan horor dengan si Ganteng!"

"Haduuuh, bertemu dengan dia lagi. Seharusnya bertemu dengan dia itu ditempat yang asyik, di sebuah resto sambil makan malam diiringi dengan musik classic, wooow seems like romantic dinner with him. Lah ini bakalan  ketemu dia di ruangan serba putih dengan alat bor yang membuat ngilu tiap kali dia mengoperasikannya menjadi backsound horor tiap bertemu dia" umpatku dalam hati.

"Melaaaa" panggil Bunda 

"Iyah Bund" 

"Kesini bentar Nak, bantuin Bunda dikit"

"Iyah Bund" jawabku lesu.

5 menit kemudian di kamar Bunda. Kotak berserakan dimana-mana, rupanya Bunda sedang sibuk packing. Kami memang akan pindah rumah dua minggu depan.

"Ada apa Bunda?"

"Ini, tolong bantu Bunda kemas barang-barang ini ya. Barang-barang kamu udah mulai dikumpulin juga kan? Kita harus mulai nyicil dari sekarang Nak, biar nanti angkutnya sekalian aja gak usah bolak-balik. Biar praktis gitu, Sayang" 

"Maaf Bunda, tapi itu kan masih dua minggu lagi Bund. Boleh gak sekarang ini Mela istirahat di kamar dulu" pintaku memelas.

"Loh, kenapa? Tumbennya kamu lemas dan gak bersemangat gini membicarakan tentang pindahan, bukannya kemarin-kemarin juga kamu yang paling antusias tentang kepindahan kita ini" masih sambil berbenah sana sini masukin barang-barang ke dalam kotak yang sudah dilabeli, seperti mengklasifikasikan benda gitu deh.

"Iyah sih Bund, Mela semangat kok. Tapi untuk hari ini aja ya Bund" sekali lagi aku mengiba ke Bunda.

Bunda beranjak dan memperhatikanku yang terlihat murung.

"Kamu kenapa sih Mel? Kamu sedih ya mau pindah? Itu muka kamu beda gitu? Kamu sakit ya Nak?" tanyanya bertubi-tubi.

"Iyah Bund, hari ini Mela ada janji ama si Ganteng, Bunda tahu kan maksud Mela siapa? Mela takut nih Bund. Ini udah yang ketiga kalinya harus ketemu dia dalam kurun waktu sebulan ini" jelasku pada Bunda. 

 "Loh, takut kenapa? Kamu harus ketemu dia, biar derita kamu tuh gak berlarut-larut. Emang kamu mau terus-terus seperti ini?"

"Yah nggak dunk Bund. Kalau boleh minta sih Mela juga gak mau menderita begini Bund"

"Ya sudah kalau gitu kamu gak usah takut lagi dunk. Emangnya kenapa sih dengan dokter itu? Bukannya kamu suka tuh ketemu dia, kan dia ganteng" goda Bunda.

"Iyah deh Bunda, makasih ya Bundaku tersayaaaang"

"Iyah Mela-ku yang manja. Sana gih siap-siap ketemu si Ganteng-mu itu"  goda Bunda sekali lagi.

Sejam kemudian aku sudah siap berangkat. 

"Bunda, Mela berangkat ya. Doain semuanya lancar ya Bun, takut banget nih Bund. Bunda juga sih gak mau nemenin Mela, kalau ada Bunda kan Mela bisa kuat"

"Iyah Sayang, Bunda doain semua berjalan lancar kok. Janganlah Mela kan udah besar lagian kalau Bunda ikut ntar ganggu kencan kamu lagi" lagi-lagi Bunda menggodaku. 

"Oke deh, Mela pergi dulu ya Bundaku sayang" sambil mengecup pipi Bunda.

"Take care, My Dear

Sejam kemudian akhirnya sampailah aku di depan sebuah klinik bertuliskan nama sang Dokter Ganteng itu: drg. FADLI

"Sore Mela. Apa kabar hari ini? Udah siap kan untuk operasi kecil kamu?" sapa sang Dokter Ganteng.

"Sore juga Dokter. Hmm, seperti yang Dokter lihat. Yah, mau gak mau Dokter. Saya harus siap. Saya capek Dokter, udah gak kuat lagi"

"Oke, bagus kalau gitu"

Dengan gesit dia pun memulai operasi kecil terhadap gigiku. Aku tak berani membuka mata sejak duduk 'di kursi panas', aku tak mau melihat peralatan apa saja yang dia masukkan ke dalam gigiku. Pokoknya aku serahkan semuanya pada drg. Fadli. Toh katanya tinggal selangkah lagi maka permasalahanku beres, gigiku yang impaksi akan segera diangkatnya dan semua akan berjalan normal lagi.

"Udah Mel, gak usah tidur terus. Ayo buka mata kamu, semua udah beres sekarang" ucap drg. Fadli dua jam kemudian. 

"Nah, cepet kan? Coba saja dari dulu kamu mau memeriksakan gigi kamu, kamu gak bakalan menderita seperti ini"

"Haah? Su-da-h ya Dok?" jawabku terbata-bata karena masih merasa gusi ini kaku karena pengaruh jahitan pada gigi dan juga obat bius tadi. 

"Iyah sudah Mel, semua sudah beres. Ini saya tuliskan resep, cuma antibiotik dan vitamin aja kok. Sekalian ini juga untuk kamu" sambil menyodorkan dua lembar kertas berbeda. 

"Terima kasih, Dok"

"Sama-sama, Mela"

Sebelum pulang aku mampir di apotik dulu, menebus resep dari drg. Fadli. Tapi aku kaget kenapa kertas resep yang satunya berbeda. 

"Minggu depan, aku jemput ya Mel. Gigi kamu udah bisa diajak makan mie ramen kok itu"

Haaa? Apa ini? Ajakan kencankah? Huaaa, senang terharu campur aduk. Aku menjerit dalam hati. Aku sakit karenamu, Gigi! Tapi terimakasih juga karena kamu aku bakalan kencan dengan Dokter Ganteng, semoga ini bukan kencan horor lagi. 


*****

Comments

  1. hihihi sengsara membawa nikmat ya :P

    ReplyDelete
  2. Blog Yang Bagus... :-)

    Sekilas Info LOWONGAN KERJA Bagi Blogger Mania yang ingin mendapatkan uang sampingan dari blog anda.
    Gaji Pokok 2 Juta Rupiah Hingga Puluhan Juta Rupiah, Pendaftaran Melalui http://newkerjaonline2012.blogspot.com/

    ReplyDelete
  3. hihi... asyikkk.... :D
    pasti lebih nerves ya... haha..
    salam buat drg. Fadli :D

    ReplyDelete
  4. waaahhh bener2 sakit gigi membawa berkah ya? hiihi..
    bagus kok FFnya :-) aku juga lagi belajar bikin..

    ReplyDelete
  5. wah akhir yang seru mbak diah, seru2 mau2 belajar bikin ff :D

    ReplyDelete
  6. ahahah~
    manteppp di ending :D

    pertama ksini ^^

    ReplyDelete
  7. ha ha ha... ngayal banget sih...

    ReplyDelete
  8. Kursi panas? Haha!
    Pasti mbanya cantik nih :p

    ReplyDelete
  9. di balik sakit ada hikmah yang membahagiakan, hehehe....

    ReplyDelete
  10. Asiikk Mela kencan sama dokter ganteng hehe


    http://sangdoktergalau.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Surat Cinta Kapten Bhirawa

"Pagi Rere, bajunya pink nih kembaran yah dengan surat cintanya" kata Lulu ketika menghampiri kubikal kecil Rere. "Surat cinta? Dari siapa? Ngaco deh kamu, Lu. Hari gini mana ada surat cinta" balasnya. "Iyah Re, tadi aku yang nerima surat itu kok, ini surat cinta berwarna pinknya" Lulu menyodorkan sebuah amplop kecil berwarna pink kepadaku kemudian berlalu. Rere mengambil surat dari tangan Lulu. Tidak ada nama pengirim yang tertera di sampul surat berwarna pink itu. Hanya ada kata: Surabaya di sisi belakangnya. terimakasih   Rere,  Kamis depan kapal kami akan merapat di Tanjung Priok, tunggu aku yah. Salam, Bhirawa Dialah Kapten Bhirawa teman lama Rere yang dikenalnya sejak SD. Teman sepermainan, tetangga kompleks yang selalu memberikan perhatian lebih ke Rere meskipun Rere tidak pernah membalasnya karena Rere hanya menganggap Bhirawa adalah Kakak laki-laki yang tak pernah dimilikinya, sosok pelindung bagi Rere yang tidak in...

Rumahku, Itu Kamu

“Fik, ini sudah brosur ketujuh loh yang aku sodorin ke kamu. Tipe yang gimana lagi sih yang kamu cari?” Suara Seto membuyarkan lamunan sahabatnya -Fika- sore itu. “Tipe kayak kamu” sambil nyengir Fika menjawab. “Yeee, ditanya serius malah jawabnya ngelantur kayak gitu. Lagi ngelamunin apa sih Fik? Jangan keseringan ngelamun deh, ntar kesambet loh. Gak takut apa?” “Nggak, selagi ada kamu ngapain takut?” “Yeee, ni anak bener-bener kesambet kali? Atau jangan-jangan kamu udah tertular virus Raja gombal kali ya? Mau jadi Ratu gombal ya Fik?” sambil mengacak rambut Fika. “Eh apa? Apa tadi? Kamu tadi bilang apa? Maaf, maaf lagi gak fokus, heheheh. Kamu bilang Ratu gombal? Huuuu enak aja, ogah ah disamain kayak gitu” “Iyaaah deh Nona Fika, maaf. Jangan sewot gitu dunk. Makanya kalau diajak ngomong tuh dengerin dong Nooon” “Heheh, iyah deh Pak Seto yang baik hati. Mana tadi, katanya bawa brosur baru. Dapat dari mana lagi kamu? Rajin benar ya. Atau jangan-jangan kamu udah jadi developer...